My Career Journey: Always Try My Best (Bilingual)

I was so happy that I cried. I remembered my late dad’s face all of a sudden. I really hope he could be proud of me from above. :’)

I did a special online course, or the training, to be a lawyer last year, and I attended the bar exam (offline) just over than a month ago. I prefered to keep it quiet: most of my friends didn’t know about it until yesterday, when I shared it on my IG/FB stories. Yesterday morning I received good news from my exam batch’s Whatsapp Group from The Indonesian Advocates Assossiation, that the results were finally out. I was so nervous, so I let Daddy check the website for me. Thank God! Praise the Lord! My name was on the list amongst other people who also passed the exam. Yes, I passed the lawyer bar exam! Phew! Now, I can start planning my next steps. 

So Happy! I passed the Lawyer Bar Exam!
In order to become a lawyer in Indonesia, we have to pass the exam as well, not just by having a degree in Law. Last month, I tried my best by studying hard during the day, the evening, even early morning; whenever I had a free time, when Izzy was asleep or occupied. I feel so blessed that the result (indeed) did not betray the effort. I was quite confident with most of my answers during the exam, however, sometimes we don’t know whether it’s our lucky day or our unlucky day, right? That was what made me nervous the most. Although I kept trying to calm myself down, and tried to put the positive thoughts in my head, I couldn’t help myself. I remember the last time I was that nervous was when I was waiting for the result of my job test and interview from the US Embassy Jakarta, which was almost 5 years ago. It’s good to experience that happy moment again, after receiving the great result, that I had passed. I’m so glad that one of my dreams has come true again.

Many friends of mine did not know that I had already quit my job at the US Embassy, since October 2019: I chose to focus on Izzy’s golden age development. I do some freelance jobs from home, plus it was also like a form of preparation for me, to focus on pursuing my other dream that has been postponed for several reasons. I never really wanted to be a lawyer back then, because I heard quite a lot of negative stories about being a lawyer (turns out it’s not always the case), plus my mom was also too afraid if I worked as a lawyer (not anymore, I have explained it to her, she is so happy for my achievement). Only my late dad was the one who supported me to work in the law field back then, although he wanted me to be a judge, just like one of his best friends. But it wasn’t going to happen, because he passed away before my graduation and, financially, I couldn’t afford to continue pursuing a career in Law. As the first child, I did not want to give more burden to my mom. I then had to find my own career path, saved up a little bit, and here I am now! I was ready and decided to pursue my long postponed career path, back to my major, in the Law field.

Regarding the exam last month, as much as I felt confident about it, I still had to prepare myself for the worst-case scenario, and told myself I was willing to give myself 2 chances to fail. If I fail the exam for the first time, I will try again next time, if I fail the third time, I then have to give up on that dream, and try to pursue my other goals. We can only give our best efforts and pray, after all, I always believe, if it is meant to be, then it will be. If plan A does not work, I always try plan A1 and A2, but if it still does not work, then I have to move on and jump to my next plan, Plan B. God must have a better plan for me elsewhere, right? Oh well, luckily, I don’t have to do that, as I passed my first exam. *happy face* During my prayers, I always prayed to God that please, please, make this goal happen only if I can be a good, honest lawyer, the one with integrity, and can be a benefit to other good people. 

My late dad, my mom, and my husband are my inspirations. They are (were) so dedicated to their jobs. They are not lawyers; my dad was a doctor / teacher / lecturer, my mom was a teacher / lecturer, as well as my husband, and I saw how they were so dedicated to what they are (were) doing. My dad often helped many people, the ones who couldn’t afford the healthcare and medicine, and I saw how my mom put her best effort into what she did as well, she was a great teacher too, she also sacrificed her own money for the sake of helping out the indigent students. I want to be like them in my own way. They taught me how to be grateful even though we don’t have a lot, they taught me that happiness lays in simplicity, and it will be more precious when we can share it, especially to those who need a helping hand. Amen.

Bismillah... It’s a new journey, a new beginning. It’s still a long way to go, and I need to keep learning and improving each and every day. Wish us all the luck and success on our endevours. x


Check out my other writings about My Career Journey:

——————————

Saya senang banget sampai menangis. Tiba-tiba saya teringat wajah almarhum ayah saya. Saya harap dia bangga dengan saya dari atas. :')


Saya mengikuti kursus online khusus, atau pelatihan, untuk menjadi pengacara tahun lalu, dan saya menghadiri ujian pengacara (offline) lebih dari sebulan yang lalu. Saya lebih suka merahasiakannya: sebagian besar teman saya tidak mengetahuinya sampai kemarin, ketika saya membagikannya di cerita IG / FB saya. Kemarin pagi saya mendapat kabar gembira dari Grup Whatsapp angkatan ujian saya dari PERADI (Persatuan Advokat Indonesia), bahwa hasilnya akhirnya keluar. Saya deg-degan banget, jadi saya meminta Daddy untuk mengecek situs webnya untuk saya. Terima kasih Tuhan! Alhamdulillah! Puji Tuhan! Nama saya ada di daftar orang-orang yang juga lulus ujian. Ya, saya lulus ujian pengacara! Fiuh! Sekarang, saya bisa mulai merencanakan langkah saya selanjutnya.

Untuk menjadi Pengacara di Indonesia, kita juga harus lulus ujian pengacara, tidak hanya dengan gelar Sarjana Hukum. Bulan lalu, saya mencoba yang terbaik dengan belajar giat di siang hari, malam hari, bahkan subuh hari; kapanpun saya punya waktu luang, ketika Izzy tertidur atau sibuk. Saya merasa sangat diberkati karena hasilnya (memang) tidak mengkhianati usaha. Saya cukup yakin dengan sebagian besar jawaban saya selama ujian, namun terkadang kita tidak tahu apakah ini hari keberuntungan atau hari sial kita, kan?  Itulah yang paling membuat saya gugup. Meskipun saya terus berusaha menenangkan diri, dan mencoba memasukkan pikiran positif ke dalam kepala saya, saya tidak dapat menahan diri. Saya ingat terakhir kali saya sedeg-degan itu adalah saat menunggu hasil tes dan wawancara kerja dari Kedutaan Besar AS Jakarta, hampir 5 tahun yang lalu. Senang rasanya bisa merasakan kembali momen bahagia itu, setelah menerima hasil memuaskan, yang telah saya lewati. Saya sangat senang bahwa salah satu impian saya menjadi kenyataan lagi.

Banyak teman saya yang tidak tahu bahwa saya sudah berhenti dari pekerjaan saya di Kedutaan Besar AS, sejak Oktober 2019: Saya memilih untuk fokus pada perkembangan masa keemasan Izzy. Saya melakukan beberapa pekerjaan paruh waktu dari rumah, ditambah itu juga sebagai bentuk persiapan saya, untuk fokus mengejar impian saya yang lain yang tertunda karena beberapa alasan. Saya tidak pernah benar-benar ingin menjadi pengacara dulu, karena saya mendengar cukup banyak cerita negatif tentang menjadi pengacara (ternyata tidak selalu begitu), ditambah lagi bunda saya juga terlalu takut jika saya bekerja sebagai pengacara (sekarang sih udah ga lagi, saya sudah jelaskan ke beliau, beliau sangat senang atas pencapaian saya). Hanya alm. ayah saya yang mendukung saya untuk bekerja di bidang hukum saat itu, meskipun dia ingin saya menjadi hakim, seperti salah satu sahabatnya. Tetapi itu ga terjadi, karena beliau meninggal sebelum saya lulus kuliah, dan secara finansial, saya tidak mampu untuk terus mengejar karir di bidang Hukum waktu itu. Sebagai anak pertama, saya tidak ingin memberi beban lebih kepada bunda saya. Saya kemudian harus menemukan jalur karier saya sendiri, menabung sedikit, dan di sinilah saya sekarang! Saya siap dan memutuskan untuk mengejar jalur karir saya yang telah lama ditunda, kembali ke jurusan saya, di bidang Hukum.

Mengenai ujian bulan lalu, seyakin apapun saya, saya masih harus mempersiapkan diri untuk skenario terburuk, dan saya meyakinkan diri sendiri bahwa saya harus memberikan diri saya 2 kesempatan untuk gagal. Jika saya gagal ujian untuk pertama kalinya, saya akan mencoba lagi lain kali, jika saya gagal ketiga kalinya, saya harus menyerah pada impian itu, dan mencoba mengejar cita-cita saya yang lain. Kita hanya bisa memberikan usaha terbaik kita dan berdoa, lagipula saya selalu percaya, jika memang ditakdirkan, maka akan terjadi. Jika rencana A tidak berhasil, saya selalu mencoba rencana A1 dan A2, tetapi jika masih tidak berhasil, maka saya harus melanjutkan dan melompat ke rencana saya berikutnya, Rencana B.Tuhan pasti memiliki rencana yang lebih baik untuk saya di tempat lain, kan ? Oh ya, untungnya, saya tidak perlu melakukan itu, karena saya lulus ujian pertama saya. *wajah gembira* Di dalam doa saya, saya selalu berdoa kepada Tuhan: plis, plis, wujudkan cita-cita saya ini hanya jika saya bisa menjadi pengacara yang baik, jujur, berintegritas, dan bisa bermanfaat bagi orang-orang baik lainnya.

Almarhum ayah saya, bunda saya, dan suami saya adalah inspirasi saya. Mereka sangat berdedikasi pada pekerjaan mereka. Mereka bukan pengacara; ayah saya adalah seorang dokter / guru / dosen, bunda saya adalah seorang guru / dosen, juga suami saya, dan saya melihat bagaimana mereka begitu berdedikasi pada apa yang mereka lakukan. Ayah saya sering membantu banyak orang, mereka yang tidak mampu membayar perawatan kesehatan dan obat-obatan, dan saya melihat bagaimana ibu saya berusaha sebaik mungkin untuk melakukan apa yang dia lakukan, dia juga seorang guru yang hebat, dia juga mengorbankan uangnya sendiri demi membantu siswa yang kurang mampu. Saya ingin menjadi seperti mereka dengan cara saya sendiri. Mereka mengajari saya bagaimana bersyukur meskipun kami tidak punya banyak, mereka mengajari saya bahwa kebahagiaan terletak pada kesederhanaan, dan akan lebih berharga ketika kita dapat membagikannya, terutama kepada mereka yang membutuhkan uluran tangan. Amin.

Bismillah... Ini adalah perjalanan baru, awal yang baru. Perjalanan masih panjang, dan saya harus terus belajar dan meningkatkan diri setiap hari. Semoga kita semua beruntung dan sukses atas usaha kerja keras kita. x


Lihat tulisan saya yang lain tentang Perjalanan Karir Saya:

Comments