Mommy Bear’s Morning Thoughts: When We Lose Someone We Love (Bilingual)

Rest in Love & Peace Averil M. Boneham.

April 29 was her birthday. It was her 58th birthday, and she was sent home from the hospital on her birthday. The hospital couldn’t do much more. They were also overwhelmed with COVID-19 patients. Her lung cancer had spread to her heart, from stage 1 to stage 4 in 7 weeks. No one saw it coming, it happened so fast. She looked healthy at first, even after she was diagnosed, then her energy just went all of a sudden. She passed away on May 5, 2020, UK time, surrounded by all her children and her loving husband.

Izzy the Wander Bear
She was Izzy’s Grandma, Daddy Bear’s beloved Mother, and my Mother-in-law. She was one of the strongest women I’ve ever known. I was so blessed to have her as my Mum-in-law. Sadly, I didn’t get more chances to show that I love her. We were planning to move to Europe in these coming years, we thought it was ideal, having changed our mind about living in Japan. If we move to Europe, at least we would live closer to her: we wanted to make it easier for her to visit her grand daughter, as she was so sad last time when we left for our US holiday, later flying back to Indonesia (after our UK Xmas holiday was over).

Daddy Bear is still in the UK at the moment. He was lucky that he still got to meet Mum, although it was just for a day. Maybe Mum had been waiting for him to be around, so she thought it was the time, she could leave peacefully. We were all devastated, and still are. I also felt a bit useless for being here away from Daddy during this hard time. I wish I could be there. Yet, we cannot be so selfish to bring Izzy to the UK during a pandemic, and have to get her take a COVID test before flying. We don’t think it would be fair for her to be put at risk either. That was the reason why Mommy and Izzy did not fly to the UK with Daddy. Our UK return tickets (May 28 to July 2, 2020) also have been rescheduled to December 2020. Yes, thank God, we finally got our tickets back! 

We video call every day with Daddy, and we also did video calls with Mum before she passed. I tried to cheer her up by reminding her about our Bali trip, and our plans to visit Bali again together. We had our last video call with Mum a few hours before her death. I put Izzy on the phone, she collected all her last energy, and said “I love you, Izzy”. She looked so weak, and it was hard to see, but it was an unforgettable moment for me. I promise I will keep telling Izzy that she was so lucky to have her as her Grandma, and she was loved by her. The 5 little ducks song keeps lingering in my head, I remember when Mum and I sang this song for Izzy over and over again, when we had road trips to and from Birmingham, UK. Huffh. I think I have drained all my tears.

Anyway, Daddy said that they’re still trying to sort out Mum’s funeral. He will try to come back to Jakarta as soon as it’s done. Although we can’t expect it to be done faster, considering UK now is still in lock-down due to the COVID-19 pandemic which won’t help to get the documentation done faster. It will probably take another 2 weeks, only if we are lucky enough to get it done sooner. I got my fingers crossed, but I doubt it.

Losing someone we love is never easy. I lost my Ayah (means Dad in bahasa) before my University graduation, and one of the saddest part was when I got married and my Ayah was not there. After his death, I grieved so much, although I always try to cope up and tried to look fine. In fact, I was a bit lost, he was also the reason why I didn’t have the spirit to celebrate the coming Eid anymore. It used to be exciting when he was still alive, and it felt so different after. Now, I’m sure that Xmas celebrations in the UK will never be the same without Mum. She will be missed badly.

I honestly think about death quite often, especially when I hear or receive news about people dying, or those who have lost loved ones. I wonder whether they were ready to leave this world or not, whether they had prepared themselves to die.
“Will we be ready to leave all the people we love when it’s our time to die? What will happen to the people we love when we die?”

Having to lose people we love is like a wake up call, and it reminds us that life is too short, and we are just passing through this world. Therefore we have to be grateful for what we’ve got, and don’t take people we love for granted. Tell them and show them that we love them, because we will never know when it becomes too late.

——————————

Beristirahat dalam Cinta & Damai Averil M. Boneham.

29 April adalah hari ulang tahunnya. Itu adalah ulang tahunnya yang ke 58, dan dia dikirim pulang oleh rumah sakit pada hari ulang tahunnya. Rumah sakit tidak bisa berbuat lebih banyak. Mereka juga kewalahan dengan pasien COVID-19. Kanker paru-parunya telah menyebar ke jantungnya, dari stadium 1 ke stadium 4 dalam 7 minggu. Tidak ada yang melihat hal itu datang, itu terjadi begitu cepat. Dia terlihat sehat pada awalnya, bahkan setelah dia didiagnosis, kemudian energinya tiba-tiba hilang. Dia meninggal pada 5 Mei 2020, waktu Inggris, dikelilingi oleh semua anak-anaknya dan suaminya tersayang.

Dia adalah Nenek Izzy, Ibu tercinta Daddy, dan Ibu mertua saya. Dia adalah salah satu wanita terkuat yang pernah saya kenal. Saya sangat diberkati untuk memilikinya sebagai ibu mertua saya. Sedihnya, saya tidak mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk menunjukkan bahwa saya mencintainya. Kami berencana untuk pindah ke Eropa di tahun-tahun mendatang, kami pikir itu ideal, setelah mengubah pikiran kami tentang tinggal di Jepang. Jika kami pindah ke Eropa, setidaknya kami akan tinggal lebih dekat dengannya: kami ingin membuatnya lebih mudah untuk mengunjungi cucunya, karena dia sangat sedih terakhir kali ketika kami pergi meninggalkannya liburan ke Amerika, kemudian terbang kembali ke Indonesia (setelah liburan natal UK kami berakhir). Ya, terima kasih Tuhan, kami akhirnya mendapatkan tiket kami kembali!

Daddy Bear masih di Inggris saat ini. Dia beruntung masih bisa bertemu Mum, meskipun itu hanya untuk sehari.  Mungkin Mum menunggunya berada di sana, jadi dia pikir sudah saatnya, dia bisa pergi dengan damai. Kami semua hancur saat itu, dan bahkan masih. Saya juga merasa agak tidak berguna karena berada di sini jauh dari Daddy selama masa sulit ini. Saya harap saya bisa berada di sana. Namun, kami tidak bisa begitu egois untuk membawa Izzy ke Inggris selama pandemi, dan harus membuatnya menjalani tes COVID sebelum terbang. Kami tidak berpikir itu adil baginya untuk mengambil risiko juga. Itulah alasan mengapa Mommy dan Izzy tidak terbang ke Inggris bersama Daddy. Tiket pulang-pergi Inggris kami (28 Mei hingga 2 Juli 2020) juga telah dijadwalkan ulang hingga Desember 2020.

Kami melakukan panggilan video setiap hari dengan Daddy, dan kami juga melakukan panggilan video dengan Mum sebelum dia meninggal. Saya mencoba menghiburnya dengan mengingatkannya tentang perjalanan kami di Bali, dan rencana kami untuk mengunjungi Bali lagi bersama. Kami melakukan panggilan video terakhir kami dengan Mum beberapa jam sebelum kematiannya. Saya memperlihatkan Izzy di telepon, dia mengumpulkan semua energi terakhirnya, dan berkata "Aku mencintaimu, Izzy".  Dia terlihat sangat lemah, dan sulit untuk melihat, tetapi itu adalah momen yang tak terlupakan bagi saya. Saya berjanji akan terus mengatakan pada Izzy bahwa dia sangat beruntung memilikinya sebagai neneknya, dan dia dicintai olehnya. Lagu 5 bebek kecil terus melekat di kepala saya, saya ingat ketika Mum dan saya menyanyikan lagu ini untuk Izzy berulang kali, ketika kami melakukan perjalanan ke dan dari Birmingham, Inggris. Huffh. Saya pikir saya telah menghabiskan semua air mata saya.

Ngomong-ngomong, Daddy mengatakan bahwa mereka masih mencoba memilah pemakaman Mum. Dia akan mencoba untuk kembali ke Jakarta segera setelah itu selesai.  Meskipun kami tidak dapat mengharapkannya dilakukan lebih cepat, mengingat Inggris sekarang masih terkunci karena pandemi COVID-19 yang tidak akan membantu menyelesaikan dokumentasi dengan lebih cepat. Mungkin butuh 2 minggu lagi, hanya jika kita cukup beruntung untuk menyelesaikannya lebih cepat. Saya menyilangkan jari, tapi saya ragu.

Kehilangan seseorang yang kita cintai tidak pernah mudah.  Saya kehilangan Ayah saya (berarti Dad dalam bahasa) sebelum saya lulus dari Universitas, dan salah satu bagian paling menyedihkan adalah ketika saya menikah dan Ayah saya tidak ada di sana. Setelah kematiannya, saya sangat berduka, meskipun saya selalu berusaha untuk mengatasi dan berusaha terlihat baik-baik saja. Bahkan, saya agak hilang arah, dia juga alasan mengapa saya tidak punya semangat untuk merayakan Idul Fitri yang akan datang lagi. Dulu menyenangkan ketika dia masih hidup, dan rasanya sangat berbeda setelah itu. Sekarang, saya yakin bahwa perayaan Natal di Inggris tidak akan pernah sama tanpa Mum. Dia akan sangat dirindukan.

Sejujurnya saya sering berpikir tentang kematian, terutama ketika saya mendengar atau menerima berita tentang kematian orang-orang, atau mereka yang pernah kehilangan orang-orang tercintanya. Saya bertanya-tanya apakah mereka sudah siap untuk meninggalkan dunia ini atau tidak, apakah mereka telah mempersiapkan diri untuk meninggal.
"Apakah kita akan siap meninggalkan semua orang yang kita cintai ketika tiba saatnya kita meninggal? Apa yang akan terjadi pada orang-orang yang kita cintai ketika kita meninggal? "

Kehilangan orang yang kita cintai seperti panggilan untuk bangun, dan itu mengingatkan kita bahwa hidup ini terlalu singkat, dan kita hanya melewati dunia ini. Karenanya kita harus berterima kasih atas apa yang kita dapatkan, dan jangan memperlakukan orang yang kita cintai semena-mena. Beri tahu mereka dan tunjukkan pada mereka bahwa kita mencintai mereka, karena kita tidak akan pernah tahu kapan itu menjadi terlambat.

Comments