Q&A About My Mixed Marriage (Bilingual)

Some of these questions below I got quite often from people. Maybe you are also curious about the mixed marriage I’ve been experiencing. Check them out!

Questions & Answers

Is Bule ‘better’ than Local?
No race is better than the others, some people are good, some people are not that good. For me foreigners and locals are the same, it depends on their personalities. I met some local guys that were also good people, but my Husband definitely loves me better than my exes. :D

*Bule in Indonesia means foreigner.

How do you adjust 2 different characters and 2 different cultures?
The most important is to learn and to understand. I keep learning about my significant other’s character and his culture. I try to understand and respect the differences, he does the same thing. He respects what I believe and is open to listen and learn about it, and vice versa.

Do you fight or argue?
Of course, we argue quite often about small things. My husband keeps saying he knows why it’s so hard to win arguments with me: because I studied law. Na-ah. I don’t think so. My Dad wanted me to study law, maybe he thought I was quite good at arguing. Lol.


Is it hard to argue in English?
It is not easy. It’s not my mother-tongue. It’s easy when we use the same sentence over and over again, it was just flowing, but it’s not always the case, right? We have to think quick and shout at the same time, sometimes when my brain is overlaping and too busy doing its job, I deliberately say something in bahasa just to piss him off. We sometimes argue, but we always fix it right away though.


What makes him ‘shake his head’? What makes you ‘shake your head’?
When my Husband is being clumsy.
When I complain about any mess (It’s confirmed by him).


What was the hardest to adjust to the first time you lived under the same roof as your Husband?
I’m either black or white, I don’t like ‘grey’ areas. I’m a well-organized person in every aspects, my Husband is very organized if it comes to work or his jobs, but not at home (he’s been trying though). That was a bit hard at first, we argued a lot about it. For instance, when my Husband put his clothes on the floor after wearing them, it made me mad. I always put everything in its place. When I asked him whether it was dirty or not, he said it’s not dirty, but not the cleanest. I was like WHA-!? I put it in the dirty pile. Lol. I appreciate that he’s willing to be a better person, and trying to change his bad habits. I also try to lower my well-organized standard by giving him a chance each time. The key is we both try to adjust for one another. Although he agrees that I have a point, and that’s why he’s willing to change more for that matter.


How do you organize the chores in the house?
Since we don’t have a helper anymore (We used to hire a live-out maid once a week), and (still) don’t need one, we take turns if it comes to cleaning and cooking. Sometimes we do it together. When Daddy cooks, I wash the dishes, although when I cook, I wash the dishes most of time, because I don’t like to postpone things and prefer to wash the dishes right away. Daddy is almost always up for cooking breakfast, and we enjoy it!


How do you manage the finances?
We are very transparant on this one. We discuss every time we need to purchase something, whether it’s necessary or not. We’ve been following a percentage financial method for saving up.


What do you like the most about your Husband?
What does he like the most about you?
He always puts us before himself. <3
He said, “Her passion and her drive to succeed, to do the best she can in everything she does. Even arguing.” LOL.


Do you have anything you miss and you can’t do / get it in your mixed marriage?
Not really. But I sometimes miss throwing Indonesian jokes, where its content and tones cannot be translated to English. Even if we do, it will normally lose its funniness. :p


Thanks for reading. I will write the Indonesian version in semi-informal bahasa this time, not the formal one which I normally translate from English and edit.

——————————

Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini lumayan banyak saya terima dari orang-orang. Mungkin dirimu juga penasaran dengan perkawinan campuran yang saya alami. Silahkan disimak ya!

Bule ‘lebih baik’ dari cowok-cowok lokal?
Ga ada ras yang lebih baik dari ras lainnya, sebagian orang baik, sebagian orang ga sebaik itu. Buat saya cowok luar ataupun lokal sama aja sih, tergantung kepribadiannya. Saya ketemu beberapa cowok lokal yang baik juga, tapi pastinya suami saya mencintai saya dengan cara yang lebih baik dari mantan-mantan saya. *azek*


Bagaimana menyesuaikan 2 karakter yang berbeda dan 2 kultur yang berbeda?
Yang terpenting adalah mempelajari dan memahami. Saya tetap mempelajari karakter dan kultur pasangan saya. Saya mencoba memahami dan menghargai perbedaan-perbedaannya, dia juga melakukan hal yang sama. Dia menghargai apa yang saya percayai, dan bersedia mendengar dan mempelajari, sebaliknya pun demikian.


Apakah kamu berantem atau berargumen?
Tentunya. Kami lumayan sering berdebat tentang hal-hal kecil. Kata suami saya, dia jadi paham kenapa susah untuk ngalahin saya pada saat kita berargumen: karena saya belajar hukum. Ga juga ah. Saya rasa bukan itu. Ayah saya ingin saya belajar hukum, mungkin karena dia pikir saya emang cukup pandai berdebat. Haha.


Susah ga berdebat dalam bahasa Inggris?
Ini ga mudah. Itu bukan bahasa-ibu saya. Gampang kalau kita menggunakan kalimat yang sama berulang-ulang, ngalir begitu aja, tapi ga selalu seperti itu, kan? Kita harus berpikir cepat dan berteriak pada saat yang sama, kadang-kadang ketika otak saya tumpang tindih dan terlalu sibuk melakukan tugasnya, saya sengaja mengatakan sesuatu dalam bahasa Indonesia hanya untuk membuatnya kesal. Terkadang kami berdebat, tapi selalu cepat kami selesaikan.


Apa yang membuatnya 'menggelengkan kepala'? Apa yang membuat kamu 'menggelengkan kepala'?
Ketika suami saya teledor.
Ketika saya mengeluh soal berantakan (Ini dikonfirmasi olehnya).


Apa yang paling sulit disesuaikan pertama kali kamu hidup di bawah atap yang sama dengan Suami?
Saya hitam atau putih, saya tidak suka area 'abu-abu'. 
Saya orang yang terorganisasi dengan baik dalam setiap aspek, Suami saya sangat terorganisir jika menyangkut pekerjaan-pekerjaannya, tetapi tidak di rumah (dia sudah berusaha sih). Tapi awalnya agak sulit, kami banyak berdebat soal itu. Misalnya, ketika suami meninggalkan pakaiannya di lantai setelah memakainya, itu membuat saya marah. Saya selalu meletakkan semuanya pada tempatnya. Pada saat saya tanya apakah itu kotor atau tidak, dia mengatakan itu tidak kotor, tetapi tidak bersih. Kata saya “Hapah!?“. Saya taruh di tumpukan pakaian kotor. Haha. Saya menghargai bahwa dia berusaha menjadi orang yang lebih baik, dan berusaha mengubah kebiasaan buruknya. Saya juga mencoba menurunkan standar kerapihan dengan memberinya kesempatan setiap kali. Kuncinya adalah kita berdua mencoba menyesuaikan satu sama lain. Meskipun dia setuju bahwa saya ada benarnya, dan itulah sebabnya dia bersedia berubah lebih banyak dalam hal ini.


Bagaimana kamu mengatur tugas-tugas di rumah?
Karena kami tidak memiliki pembantu lagi (Kami dulu sempat mempekerjakan pembantu pulang-pergi seminggu sekali), dan (masih) tidak membutuhkannya, kami bergantian kalau soal membersihkan dan memasak. Terkadang kita melakukannya bersama. Ketika Daddy memasak, saya mencuci piring-piring kotor, meskipun ketika saya memasak, kebanyakan saya mencuci piring-piring kotor sendiri, karena saya tidak suka menunda kerjaan dan lebih memilih untuk langsung mencuci piring. Daddy hampir selalu siap untuk memasak sarapan, dan kami menikmatinya!


Bagaimana kamu mengelola keuangan?
Kami sangat transparan dalam hal ini. Kami berdiskusi setiap kali kami perlu membeli sesuatu, apakah itu perlu atau tidak. Kami mengikuti metode persentase keuangan untuk menabung.


Apa yang paling kamu sukai dari suami kamu?
Apa yang paling dia sukai dari kamu?
Dia selalu mendahulukan kami di atas dirinya sendiri.  <3
Kalau kata suami saya, “Semangatnya dan dorongannya untuk sukses, untuk melakukan yang terbaik yang dia bisa dalam segala hal yang dia lakukan. Bahkan berdebat."  Hahaha. :p


Ada hal-hal yang kamu kangenin dan tidak ada / tidak bisa dilakukan dalam pernikahan campuran?
Tidak juga. Tapi saya kadang kangen melempar lelucon berbahasa Indonesia, di mana konten dan nada tidak bisa diterjemahkan ke bahasa Inggris. Kalau kita terjemahkan, biasanya jadi hilang lucunya. :/


(Di atas) saya sebenarnya nyoba nulis versi bahasa Indonesia dalam semi-informal, bukan yang formal seperti biasanya yang saya terjemahkan dari bahasa Inggris dan saya edit. Tadinya mau informal, pakai lo-gw, tapi malah ga konsisten, larinya masih ke formal-formal juga. Jadilah saya edit lagi, pakai kata ‘saya’ untuk penyebutan orang pertama. Mungkin inikah yang namanya penuaan (dini)? :p


Terima kasih sudah membaca ya. Tos sikut, salam cuci tangan dan cipika cipiki virtual bermasker!


Comments