Perbedaan-Perbedaan Kultur Orang Indonesia dan Orang Inggris: Mengenai Anak (Bilingual)

4:15 *mengecek waktu*

Daddy Bear dan Izzy Bear masih terlelap. Waktunya Mommy Bear menulis blog. Setiap malam Izzy bangun setidaknya dua kali: 1 kali di tengah malam dan 1 kali di waktu subuh, untuk saya susui dan di waktu itu saya gantikan popoknya. Ya, saya masih mengurus Izzy sendiri di waktu terang tanpa bantuan pembantu atau nannyDaddy Bear menginginkan quality time untuk kami bertiga saja, hitung-hitung belajar, sebelum kami pindah ke luar negeri. Namun disaat saya kembali masuk kantor, kami akan memiliki pembantu lagi dan rencananya akan mempekerjakan seorang nanny juga.

Itu merupakan salah satu perbedaan kultur kita, di Indonesia kita terbiasa memiliki pembantu, nanny, tukang kebun dan sopir. Berbeda dengan orang Inggris - hanya orang yang kaya raya saja yang memiliki pekerja di rumah sebanyak itu.

Saya teringat waktu saya kecil: sebagai anak pertama, saya cukup beruntung karena Bunda saya mencurahkan seluruh waktunya untuk saya. Pada waktu itu beliau belum diijinkan bekerja oleh mendiang Ayah saya - Bunda saya juga menikah muda, beliau melahirkan saya disaat masih kuliah, dan setelah lulus kuliah tidak langsung bekerja. Walaupun di rumah kami ada beberapa pembantu dan sopir, namun saya diurus langsung oleh Bunda saya sampai cukup besar, sebelum akhirnya beliau mulai bekerja kantoran.

Terbiasa dibesarkan dengan bantuan-bantuan orang di dalam rumah tidak menjadikan saya dan adik-adik saya tidak mandiri. Karena di usia SMP dan SMA, kami mulai tidak tinggal satu atap dengan orangtua. Saya dan adik saya (anak ke dua) tinggal bersama di daerah kelapa gading, Jakarta, waktu itu dengan seorang pembantu. Pada waktu itu almarhum Ayah saya mengambil tawaran pindah kerja ke luar kota. Adik-adik saya yang lainnya masih ikut dengan orangtua sebelum akhirnya masuk ke boarding school dan tidak tinggal serumah dengan mereka. Sedikit mirip dengan orang-orang Inggris yang biasanya sudah keluar rumah di saat usia 18-19 tahun. Tapi perbedaannya kami tidak keluar rumah, hanya berpisah rumah: masih dibiayai oleh orangtua dan usia kami pada waktu itu jauh lebih muda.



Ngomong-ngomong soal berbeda, kali ini saya ingin membahas mengenai perbedaan-perbedaan kultur antara Indonesia dan Britania Raya, tapi secara khusus dalam hal membesarkan anak atau mengenai anak. Karena Mommy dan Daddy Bear adalah orangtua baru, jadi kami pun baru sama-sama belajar, dan kami menemukan banyak perbedaan tentunya. Berikut adalah perbedaan-perbedaan kultur antara kita (orang Indonesia) dan orang Inggris:

1. Ayah dari si bayi selalu diperbolehkan berada di dalam ruangan bersalin menemani si Ibu baik proses persalinan normal ataupun SC.
Di Indonesia setiap rumah sakit punya aturan tersendiri, tidak semua rumah sakit memperbolehkan sang Ayah menemani di ruang bersalin apabila proses melahirkannya secara SC.

2. Biaya rumah sakit untuk bersalin, baik normal maupun SC gratis untuk orang Inggris.
Sementara kita di Indonesia tentunya berbiaya, dan tidak murah.

3. Ari-ari bayi dipotong oleh Ayah si bayi.
Si Ayah diberikan kesempatan untuk memotong langsung ari-ari anak mereka di ruang bersalin. Pada waktu itu Daddy Bear sempat kesal, karena dokter bersalin memotong ari-ari Izzy Bear tanpa menawarkan padanya. Lalu setelah kami berbincang, disitulah kesalahpahaman terjawab, karena kami berdua sama-sama tidak tahu mengenai perbedaan kultur tersebut.

4. Ari-ari bayi langsung di buang di rumah sakit sebagai sampah medis.
Tidak seperti kita orang Indonesia yang ditanam atau dibuang di laut. Ari-ari bayi orang Inggris langsung di buang setelah dipotong.

5. Quality time keluarga (Suami-Istri-Anak) di hari pertama setelah melahirkan.
Kultur kita sebagai orang Indonesia, pada saat kita melahirkan biasanya seluruh keluarga besar datang menjenguk dan berkumpul. Tapi pada waktu itu suami saya menginginkan quality time untuk kita bertiga saja terlebih dahulu. Hal itu membuat Daddy Bear stres. Karenanya kami pun mengalami sedikit drama keluarga, namun untungnya sudah terselesaikan.

6. Anak perempuan tidak ditindik dan dipakaikan anting. 
Berbeda dengan kultur kita di Indonesia yang dari bayi sudah dipakaikan anting-anting, untuk membedakan bayi perempuan dan bayi lelaki. Daddy Bear mengatakan, biarlah Izzy memilih ketika dia besar, apakah dia mau menggunakan anting-anting atau tidak. Itu hak dia sebagai manusia. Dan menurut logika saya itu masuk akal. Jadilah Izzy Bear seringkali dikira bayi lelaki. :p

7. Anak bayi tidak memakai minyak telon.
Untuk hal ini, giliran Daddy Bear yang mengalah. Izzy Bear wangi minyak telon. Bahkan Daddy Bear juga senang mencium bau minyak telon. Haha.



8. Tidak percaya makhluk gaib yang dapat mengganggu bayi.
Kalau mengenai yang ini saya percaya ada makhluk tak kasat mata, namun saya juga tidak percaya dan tidak terlalu mengikuti kata orangtua jaman dulu, apalagi mengenai benda-benda tajam sebagai penangkal setan, seperti peniti atau gunting yang disimpan di dekat bayi. Rasanya itu malah akan membahayakan si bayi.

9. Anak bayi tidak dibotak.
Untuk ini kami masih merundingkannya. Karena dalam kultur Asia, bayi itu dipangkas habis rambutnya, alasannya agar rambutnya tumbuh lebat. Namun suami saya berpendapat, karena rambut kami berdua lebat, seharusnya Izzy Bear juga akan memiliki rambut yang lebat. Di satu sisi saya ingin memangkas habis rambut Izzy untuk menstimulasi pertumbuhan rambutnya, namun di sisi lain, sejujurnya saya tidak sabar ingin melihatnya dengan rambut panjang.

10. Jangan menyentuh bayi orang Inggris sembarangan.
Kultur kita di Indonesia apabila melihat bayi yang lucu adalah kita secara spontan langsung menyentuhnya, atau mengelusnya. Tapi jangan coba-coba lakukan itu ke anak orang Inggris. Apalagi yang kamu tidak kenal baik, karena itu tidak sopan. Jadi jangan lupa untuk meminta izin terlebih dahulu ke orangtua si bayi apabila kamu ingin memegang bayi mereka.


Perbedaan-perbedaan yang saya temui diatas adalah murni berdasarkan pengalaman pribadi saya saja. Mungkin ada diantara kalian yang bersuamikan orang asing, khususnya orang Inggris yang mengalami hal yang sama, atau bahkan sangat berbeda. Sekian dulu. Semoga harimu menyenangkan! :D

——————————

Title: The Culture Differences Between British and Indonesian: Regarding Children.


4:15 *checking the time*

Daddy Bear and Izzy Bear were still asleep when Mommy wrote on the blog. Izzy wakes up at least twice every night: once at midnight, and again in the early morning to be breastfed at which time I change her diaper. Yep, I look after Izzy by myself without the help of the maid or the nanny during the day. Daddy Bear wants the three of us to have quality time. I also count it as learning, before we move out of the country. However when I go back to work, we will hire a helper again, and we are planning to hire a nanny as well.

That is one of our cultural differences. In Indonesia we get used to having maids, nannies, gardeners, and chauffers. It’s so different to British people - only the wealthiest people have that many helpers at home. 

I remember when I was young: as the first child, I felt quite lucky because my Mom gave all the time for me. My late father was reluctant to let her work at that time - my Mom got married when she was young, and she gave birth to me when she was still at university. After she graduated she did not work right away too. Although in our house we had maids and a chauffeur, my Mom looked after me until I was quite big, until she finally started to work at the office.

We were used to being raised with helpers in our house, but that does not make me and my younger sisters and brother dependent. When we were in junior high and high school, we did not live under the same roof as our parents. My sister (the second child) and I lived together in Kelapa Gading, Jakarta, with a helper at the time. My late father took a job offer in another town, so he and my mom moved. My other younger sister and brother still followed them until they eventually entered a boarding school and did not live with them. It’s kinda similar to British people who normally move out of their parents’ house when they are 18-19 years old. But the difference is we did not really move out of the house, only to a different house: we were still funded by our parents, and our age was way younger.

Speaking of differences, this time I will talk about the culture differences between Indonesia and Britain, but specifically in raising children or regarding them. Because Mommy and Daddy Bear are new parents, therefore we have been learning together, and we have found so many differences. Here are the culture differences between British people and us (Indonesians):

1. Father of the baby is always allowed into the operating theater to accompany the mother, whether it’s a natural birth or C-Section.
In Indonesia every hospital has its own rules, not every hospital allow the father to be in the operating theater when it’s a CS.

2. The labor fee for British people is free, whether it’s a natural birth or C-Section.
Meanwhile in Indonesia it’s not free and it’s not cheap.

3. The umbilical cord is cut by the father of the baby.
The father has the option to cut his baby’s umbilical cord right away in the operating theater. At the time, Daddy Bear was pissed, because the Obgyn cut Izzy Bear’s cord without offering him the option. Then after we discussed it, that’s how the misunderstanding resolved its self, because we both did not know about that culture differences.

4. The umbilical cord is discarded at the hospital as medical waste.
Unlike us the Indonesians that have it burried or thrown away in the sea. The British people’s baby’s umbilical cord is thrown away right after it’s cut.

5. Quality time with family (Husband-Wife-Child) on the first day after labor.
In our culture, as Indonesians, all our big family will be there when we give birth. However, at that time my Husband wanted only the three of us to have a quality time first. It was stressful for Daddy Bear, and that was how we had a little bit of drama. Thank God it has been resolved.

6. Baby girls do not get their ears pierced and do not wear earrings.
It’s different with our culture in Indonesia, in which the baby girls will wear earrings since a young age in order to be able to tell the difference between baby boys and baby girls. Daddy Bear said to let Izzy choose whether she wants to wear earrings or not when she’s bigger. That’s her right as a human, and that logically makes sense for me. That’s why people often thought Izzy Bear was a baby boy. :p

7. Babies don’t use Telon oil.
Daddy Bear let me win for this one. Izzy smells like telon oil. In fact, Daddy Bear also loves to smell the Telon oil. Haha.

8. Do not believe in ghosts that try to harm the baby.
As for this one, I do believe in spirits, however I don’t believe and don’t really follow the old people sayings or myths, especially about the sharp things as the antidote for satan, such as safety pins or scissors being put next to the baby. I think it will endanger the baby instead.

9. Babies do not get their head shaved.
We still discuss about this. Because in Asian culture the babies get their first head of hair shaved. The reason is to promote hair growth. However, my husband argued that both of us have the thick hair, thus Izzy Bear will also have it. On one side I want to shave her hair to stimulate her hair growth, but on the other side, I can’t wait to see her with long hair.

10. Don’t touch British people’s babies.
Our culture in Indonesia when we see a cute baby is we spontaneously touch or stroke the baby. But do not try to do that to the British babies. Especially when you do not really know them well, because it’s impolite. So do not forget to ask for their permission first if you want to touch their baby.


The differences I encountered above are purely based on my personal experience. Maybe some of you guys who also have a foreign husband have experienced something similar, especially British having the same experience as me, or even totally different and drastic. I think that’s enough. Hope you have a nice day! :D

Comments